Inilah perbedaan dan Alasan Menikah Menurut Islam dan Kristen


Sebuah survei yang ditujukan kepada pasangan yang akan menikah, menuliskan beberapa alasan pria menikahi wanita idamannya. Diantaranya: Ingin mempunyai keturunan, ingin mendapat kebahagiaan, ingin ada yang memperhatikan, ingin mendapatkan kepuasan seksual.
Jawaban tersebut memang benar. Tapi apakah sebenarnya tujuan pernikahan menurut Kitab Allah dan bagaimana cara memperolehnya? Pasangan yang sudah menikah maupun belum, wajib mengetahuinya. Sehingga dapat membina pernikahan yang berkenan di hadapan Allah.
Alasan Seseorang Menikah Menurut Islam
Hadits Bukhari menekankan, salah jika menikahi wanita karena harta-bendanya. Juga Hadits melarang menikahinya karena memandang keturunannya. Nasihat ini betul! Dua alasan pernikahan ini bertujuan semata-mata memperalat tunangan atau calon isteri.
Memperalat orang lain, pria atau wanita, terhitung sebagai dosa. Allah melarangnya! Allah menyuruh kita mengasihi, bukan memperalat sesama. Ingat, setiap kali kaum pria memperalat kaum wanita, ia berdosa di hadapan Allah. Hadits yang sama menjelaskan, alasan baik untuk menikahi wanita ialah “mendekatkan ikatan kekeluargaan.”
Kitab Suci Sebelum Al-Quran Memuat Alasan
Menurut Kitab Suci Allah, hakekat pernikahan adalah kesatuan dari satu daging melalui kesatuan seksual antara pria dan wanita secara biologis. Namun alasan menikah bukan semata-mata hanya untuk kesatuan seksual.
Menikah berarti membangun hubungan persekutuan. Dimana suami isteri yang saling mengasihi dan mencintai, akan jauh lebih kuat dibandingkan pernikahan yang dibangun karena tujuan seksual.
Kala penciptaan manusia, Allah membentuk keluarga serta mensahkan pernikahan. Firman
Allah berkata, “. . . seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Taurat, Kitab Kejadian 2:24). Inilah dasar pernikahan dalam Kitab Allah.
Jadi, Allah ingin pernikahan karena kita ingin membentuk keluarga.
Isa Al-Masih Mengajarkan Agar Suami-isteri Saling Mencintai
Tidak jarang dalam pernikahan terjadi konflik antara suami-isteri. Jelas menyatukan dua pribadi (suami dan isteri) yang berbeda bukan perkara mudah.
Terlebih ajaran agama seakan-akan memihak para suami. Seperti: Boleh memukul isteri, boleh mengambil wanita lain, suami berhak membatasi ruang gerak isteri, isteri harus sepenuhnya tunduk pada suami, dll.
Dalam pernikahan diperlukan pengorbanan dalam hal penaklukkan diri dan ego. Menghormati pasangan dan mementingkan kepenuhan serta kepuasan bersama.
Ketika suami dapat mengasihi isteri dengan setulus hati, serta tidak memperlakukan isteri sebagai “barang” kepunyaanya sendiri, maka akan tercipta pernikahan yang harmonis. Kitab Allah berkata, “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Injil, Surat Kolose 3:19).
Hukum Kasih Isa Al-Masih
“Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini" (Injil, Rasul Markus 12:31).
Yang disebut “sesamamu manusia” pada ayat di atas juga termasuk jodoh. Isa Al-Masih mengajarkan agar suami-istri dapat saling mengasihi. Untuk mengetahui lebih jelas tentang ajaran Isa Al-Masih mengenai kasih